Selasa, 06 Desember 2011

DEBAT seputar HUKUM BERJABAT TANGAN DENGAN WANITA BUKAN MAHRAM/AJNABIYAH


Sebenarnya debat hukum haram/halal tentang berjabat tangan dengan ajnabiyah   (wanita bukan mahram) sangat  perlu disikapi dengan bijaksana. Mengingat kondisi saat ini sudah parah dan kabur sekali dalam memilah hukum agama dan hukum adat jangankan yang berjabat tangan, yang berjabat pipipun laki perempuan sudah dianggap biasa dan lumrah serta jadi pemandangan sehari hari  dikalangan remaja, di kalangan awam dan para  pejabat saat menyambut para tamu yang dianggap terhormat,.?  sebaiknya sebagai pendidik dan juru dakwah perlu berpijak pada kaidah fiqhi ” dar-ul mafasid muqaddamun alaa jalbil mashaalih” artinya mencegah  dampak negatif itu harus lebih diprioritaskan dari pada sekedar meraih kebaikan. Dengan qaidah ini Semuanya akan mafhum bahwa berjabat tangan model ini sulit terhindar dari berbagai mafasid/dampak negatif  dan sulit pula menghindari terjadinya ikhthilath, dengan demikian lebih pas bagi kalangan awam, lebih aman bagi kalangan remaja dan lebih  mendidik bagi para murid jika jabat tangan dengan bukan mahram itu kita cegah saja. terlebih bagi kalangan remaja yang terkenal dengan  gelora syahwat yang membara ,.Di zaman ini Semua orang tahu, bukan rahasia lagi bahwa dikalangan anak muda  pada awal  mula berkenalan dengan lawan jenisnya pasti  selalu disertai dengan berjabat tangan, lalu tukar nomor Hp , lalu acara makan bersama, kemudian dari ikhtilat campur baur laki perempuan itu, berlanjut dengan khulwat atau berduaan, lalu apalagi selanjutnya kita tidak tahu secara pasti. tidak mustahil serangkaian Prilaku negatif  itu memang bermula dari jabat tangan pertama kali di saat saling berkenalan tersebut.
Bukti dampak negatif yang sudah terjadi dan paling nyata saat ini sungguh mencengangkan sekali, berdasarkan data tahun 2010 lalu, lebih dari 54 %  anak putri usia SMP dan SMA  sudah tidak perawan lagi. lebih dari 20% telah melakukan aborsi, Hal ini pasti bermula dari hal hal yang dianggap boleh dan lumrah seperti ikhtilat yaitu berbaurnya kaum laki dan perempuan berinteraksi tanpa batasan yang tegas dan berlanjut pada  pergaulan bebas  tanpa batas. Nah, dalam kondisi seperti ini masih layakkah kita sibuk terus berdebat dengan hukum halal dan haram berjabat tangan? Tentu lebih penting action mencegah prilaku negatif itu secara bersama sama oleh semua pihak, dari pada sekedar sibuk berbicara memperdebatkan hukumnya . padahal dampak pergaulan bebas di depan mata sudah sedemikian rupa adanya.
Kami sangat toleransi Jika ada di antara akhina sesama muslim yang menetapkan boleh berjabat tangan dengan ajnabiyah/wanita bukan mahram dengan alasan bahwa Rasulullah saw dianggap pernah melakukannya dari balik satir tanpa interaksi wajah, maka .kamipun sangat menghargai pendapat itu, namun kami tetap memberikan masukan pada akhinal karim bahwa Rasulullah itu adalah orang yang paling mampu mengendalikan syahwat dan hawa nafsunya dan Dia ma’shum terjaga dari segala perbuatan nista dan maksiat, sementara kita diakhir zaman ini sudah  lebih banyak yang mengabdi pada nafsu dan syahwat sehingga sex pra nikah bagi remaja, perselingkuhan serta perzinahan bagi yang dewasa sudah menjamur sedimkian rupa serta sudah menjadi berita sehari-hari. Dari itu  tidakkah sebaiknya semua perbuatan yang dapat menjurus pada dampak nigatif serta ma’shiat itu kita cegah, apa lagi yang terkait langsung dengan pacara, perselingkuhan serta perzinahan harus kita hadang sejak dari hal hal remeh yang dianggap lumrah  oleh banyak kalangan yaitu  seperti berjabat tangan berjabat pipi  ikhtilath dan seterusnya, jika masih kurang jelas monggo kita perhatikan  ulah remaja saat mereka berjabat tangan, katanya kurang seru jika tidak  sambil meremas tangannya  lalu saling  tersenyum apakah itu maknanya,????
Terus terang saja, demi tegaknya pendidikan yang benar benar Islami, terwujudnya kemaslahatan dan terhindar dari segala bentuk fitnah di mata murid dan masyarakat , maka Semua Guru dan Murid MTs- MA Ibnu Husain Surabaya sengaja kami larang berjabat tangan dengan  lain jenis melalui sosialisasi syar’i  yang bijak dan aturan tata tertib yang tegas. Dan hasilnya MASYA ALLAH ternyata berwibawa sekali mampu meminimalisir kenakalan anak dan sama sekali tidak mengurangi keakraban diantara kami semua...coba dibuktikan di lembaga anda, Allah pasti akan meridhoiNya.
Kepala Madrasah.
Drs. H.Muhammad Jailani.

Jumat, 05 Agustus 2011

HUKUM BERJABAT TANGAN DENGAN BUKAN MAHRAM (ajnabiyah)


Pada dasarnya berjabat tangan itu sangat baik dan sangat besar pahalanya jika dilakukan secara banar dan sesuai dengan ajaran  syariat islam, hal ini sesuai  dengan sabda nabi saw.
“Tidaklah dua orang muslim ( laki-laki)  ketika keduanya saling bertemu dan saling bersalaman, kecuali mereka diampuni dosanya sebelum mereka saling melepas tangannya.”
Hadits ini menggambarkan betapa besar arti dan pahala berjabat tangan bagi sesama  muslim atau sesama muslimah saat saling berjumpa, akan tetapi khusus untuk yang berlainan jenis  anjuran berjabat tangan ini akan berobah total menjadi haram dan sangat terlarang jika   dilakukan oleh seorang muslim dengan muslimah  yang tidak ada hubungan mahram.
Banyak Hadits shahih yang menjelaskan bahwa rasulullah tidak pernah berjabat tangan dengan seorang wanita ( bukan mahram) walaupun dalam situasi yang sangat penting sekalipun . satu diantaranya hadis  riwayat Ibnu Sa’ad dari Asmaa binti Yazid, sebagai berikut:
“Sesungguhnya saya tidak pernah berjabat tangan dengan kaum wanita “ ( Hadits Shahih)
 Bahkan dalam Haadits yang lain Rasullah Murka dan mengancam orang yang berjabat tangan atau menyentuh wanita bukan mahram. Padahal  tanpa disadari  hal ini sudah  banyak kita jumpai dan terjadi  dalam acara Halal bil Halal, dan kantor tempat kita bekerja, sabda Nabi saw.
“Sesungguhnya seseorang dari kalian di tusuk di kepalanya  dengan jarum besi akan lebih baik dari pada ia menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya ( bukan mahramnya)”
Dua hadits terahir ini jelas menunjukakan tentang hukum HARAM nya berjabat tangan dengan wanita bukam mahram sekalipun tanpa syahwat. Dan perlu kita maklumi apabila berjabat tangan ini terus menerus kita lakukan dengan sengaja melanggar aturan agamanya maka sipelakunya dapat terseret  dan tergolong menjadi orang fasiq.  Bahkan di jelaskan dalam  kitab sullamut taufiq bahwa seseorang bisa terseret pada hukum kafir jika ia menghalalkan sesuatu yang diharamkan syariat Islam , menganggap sesuatu yang dilarang  oleh agama sebagai hal yang diperbolehkan . lalu bagaimana hukumnya  jika berjabat tangan tersebut di lakukan oleh seorang  guru laki-laki dengan para murid perempuan yang sudah menginjak dewasa atau seorang santriwati dengan ustadznya, Dosen dengan mahasiswinya? Menurut para Ulama  justru peristiwa semacam ini merupakan pembodohan inteletual yang sangat berbahaya bagi pembentukan kepribadian si murid yang mencermikan  tidak mendidik dengan pendidikan  yang baik dan benar, hukumnya tentu lebih berdosa lagi bagi sang guru karena tidak mampu bemberikan keteladanan bahkan mengarah pada pembentukan karakter yang menyesatkan sebab akan tumbuh image murid mereka beranggapan bahwa semua yang dilakukan gurunya adalah baik  dan benar yang sebenarnya salah dan sangat terlarang.
Semoga tulisan ini dapat menambah Hazanah pengetahuan keagamaan kita semua. Terutama dalam Hal berjabat tangan dengan ajnabi,  bagi yang menganggap sebagai  sesuatu yang wajar dan boleh kita lakukan agar segera bertobat. Jika ada para pembaca yang merasa kurang pas dan menemukan dalil nash yang kuat kami siap bermusyawarah untuk menemukan kebenaran yang hakiki dalam menjalankan Agama. Asalkan didasarkan pada Dalil Al Qur an  dan Al Sunnah ( Bukan pendapat Pribadi ) setahu kami ada satu Hadis yang menurut Ahli Hadits termasuk Hadits Dloif: riwayat Ma’qil bin Yasaar yang mengatakan berjabat tangan dengan bukan mahram boleh asal memakai alas dan tidak ada syahwat, berdasar pada hadits sebagai berikut;
“Pernah Nabi SAW. berjabat tangan dengan wanita dengan memakai alas tangan/kaos tangan
 Hadits ini menurut imam  Syayuthi dan Al-Hafidz al ‘Iraqi tergolong Hadits dloif yang tidak boleh di jadikan dasar Hukum dalam syariat Islam.
Mari kita berdakwah dengan  cara sebarkan tulisan ini melalui Tweeter. Blog dan Face Book anda kepada teman sebanyak banyaknya. Semoga hal ini menambah ibadah kita di bulan romadHon YANG Mubaarak ini.

Minggu, 13 Februari 2011

BELAJAR DI SEKOLAH TANPA LABORATURIUM, LAKSANA BERLATIH RENANG DI ATAS KASUR


Belajar suatu ilmu pengetahuan tentu tidak cukup hanya dengan membaca teori-teori yang ada dalam buku saja, pastilah perlu untuk diaplikasikan atau di peraktekkan dalam medan yang sebenarnya atau paling tidah di aplikasikan di ruang laboraturium sekolah agar pengetahuan anak tidak hanya ada dalam hayalan belaka. Sebagai contoh, di bawah ini ada dua kasus yang dapat di jadikan pelajaran bagi kita semua.
Seorang guru ingin belajar renang, lalu ia pergi ke toko buku untuk membeli buku refrensi tentang cara berenang, lalu buku- buku tersebut di baca dengan seksama bahkan banyak teori-teori yang ia hafalkan hingga luar kepala, kadang kala ia membaca buku tersebut sambil berbaring di atas  kasur sambil menggerak-gerakkan kaki dan tangan seperti layaknya orang berenang, terkadang pula ia membaca sambil pempraktekkan di atas tanah sampai ia yakin benar bahwa dirinya telah mahir berenang dengan berbagai macam gaya. Keesokan harinya Setelah ia benar-benar yakin bahwa dirinya telah mahir berenang, maka di undanglah teman-teman guru dan sebagian muridnya untuk menyaksikan kehebatan dirinya, lalu ia mengambil posisi di sebuah tebing dengan ketinggian 400 kaki dari permukaan air laut, Dengan PD sekali  ia meloncat kelaut dan berusaha berenang, akan tetapi ia gagal dan nyaris mati tenggelam, untung ia segera di tolong oleh teman-temannya, kalau tidak pastilah mampus dia. Setelah kejadian itu barulah sang guru tersebut menyadari bahwa belajar ilmu itu tidak cukup hanya dengan membaca buku semata, tetapi harus peraktek di medan yang sebenarnya.
Kasus yang ke dua juga terjadi pada seorang guru Biologi, ia hendak menerangkan tentang sel darah tetapi ada kendala karena sekolah tidak memiliki peralatan yang memadahi, maka dengan terpaksa sekali ia terangkan dengan metode ceramah, dengan sekuat tenaga ia jelaskan pada murid-muridnya bahwa sel darah itu ada. Ia berupaya meyakinkan para murid bahwa sel darah itu sedemikian rupa adanya. Akan tetapi para murid sulit memahaminya dan tetap tidak dapat paham juga. Lalu salah seorang  murid bertanya  ” Seperti apa sel darah itu bu guru? ” Wah sulit aku jelaskan lagi karena sel darah tersebut hanya bisa dilihat denagn alat pembesar yang di sebut micruscup padahal sekolah kita tidak punya. Begini saja nak...yakinilah bahwa sel darah itu ada, nanti kalau kamu sudah jadi dokter kamu akan tahu sendiri !. Sambil berguman si murid tersebut bilang  ”  Wah, sialan sekolah di sini  ”.
NAH , dari dua kasus di atas hendaknya tidak di alami oleh anak kita, oleh karenanya para wali murid lebih bijak di dalam menentukan sekolah bagi putera-puterinya, Berikanlah yang terbaik dan jangan mudah tergiur dengan promosi murahan, perhatikan hasil akreditasinya, peralatan laboraturiumnya, tingkat kedisiplinan guru-gurunya serta prestasi muridnya.
Asal pembaca tahu saja, MTs dan MA Ibnu Husain terus berinovatif  dengan peralatan-peralatan yang amat Canggih sekali, seperti Multi Lab ( Lab IPA, Lab Bahasa Inggris dan Arab, senilai ratusan juta rupiah) juga lab Komputer yang sudah serba LCD dan Cor 2 Duo yang amat canggih sekali.   Serta berbagai kegiatan ekstra yang sudah tidak asing lagi dengan segudang prestasi . Pokoknya semua yang sekolah Negeri punya, Insya Allah Ibnu Husain pasti punya juga, kelebihan kami adalah sebelum masuk sekolah para siswa shalat Duha berjemaah terlebih dahulu, baca Al-Quran mendoakan Orang Tua , baru masuk kelas, dengan demikian Insya Allah Ilmu yang di peroleh siswa akan jauh lebih barokah.

KIAT MEMILIH SEKOLAH BAGI PUTRA KESAYANGAN


Semua orang tua yang bijak pasti ingin memberikan yang terbaik bagi putra putrinya, apa lagi hal  yang menyangkut masa depan anak seperti pendidikan, pasti akan memilih sekolah yang terbaik pula untuknya, bahkan banyak orang tua yang rela mengeluarkan uang atau dana yang besar agar putranya di terima di salah satu  sekolah Favorite, padahal sekolah favoritepun juga tidak di jamin bagus, oleh karena itu IBNU HUSAIN NEWS ingin memberi TIP agar orang tua tidak salah pilih dan menyesal di kemudian hari didalam memilih lembaga atau sekolah untuk putra-putri tercintanya.
Adapun Ciri-ciri sekolah yang baik antara lain adalah :
  1. Terakriditasi A, Oleh karena itu Janganlah mudah percaya pada aneka ragam promosi dan iklan serta janji-janji palsu yang ada di baliho dan spanduk, jika sekolah  itu belum jelas hasil Akreditasinya, Biar sekolah Negeri sekalipun apabila terakreditasi C atau belum terakriditasi, dapat dipastikan sekolah tersebut  manegementnya belum tertib atau belum baik alias jelek.
  2. Sarana Pra Sarananya terutama laboratorium dan Media pembelajarannya, Karena Efektifitas pembelajaran sangatlah ditentukan oleh Media Pendukungnya, untuk mengetahui sel darah misalnya siswa tidak akan pernah tahu seperti apa sebenarnya sel itu tanpa peralatan microskup. Oleh karena itu jangan pernah coba-coba mengajar renang di atas daratan sampai kapanpun tidak akan pernah berhasil  jika tidak pernah pratek di kolam renang.
  3. Kegitan ekstra Kurikulernya.Carilah sekolah yang memiliki kegiatan ekstra yang sesuai dengan bakat anak atau yang memiliki banyak dan beraneka ragam kegiatan ektranya. karena Kegiatan ektra merupakan pengembangan diri dan pembinaan terhadap bakat serta minat anak, jika bakat anak tidak terbina dan tersalurkan dengan baik/benar, maka bakat tersebut akan hilang dengan sendirinya bahkan dapat berdampak negatif, karena anak memiliki energi yang harus dimanfaatkan pada hal-hal yang positif. Misalnya: anak tidak akan menendang batu-batu di jalanan, kalau tenaganya  telah tersalurkan pada hal yang benar main sepak bola di lapangan hijau dengan didampingi seorang pelatih,  Anak yang sudah terlatih dan berprestasi di bidang  Silat, ia tidak akan mudah bertengkar di jalanan tanpa sebab yang serius, karena energinya ia salurkan di arena pertandingan yang memiliki aturan yang jelas dan jika berhasil menang ia akan mendapat penghargaan yang semestinya. Begitu juga  anak yang terbiasa kotekan bangku di kelas, tenaga dan bakatnya perlu di salurkan dengan drumband dan sebagainya.
  4. Tingkat keberhasilan ujian Nasionalnya, jika yang tidak lulus dalam dekade 3 tahun terahir cukup banyak, berarti pembelajaran di sekolah tersebut tidak/. kurang efektif, karena UNAS hanyalah  bagian kecil dari serangkaian beserta  System Evaluasi dan penilaian dari hasil pembelajaran di sekolah
  5. Kegiatan keagamaannya, Banyak wali murid yang mengabaikan masalah ini, padahal ini merupakan  BAGIAN yang terpenting dalam pendidikan anak, sebab jika anak kita meninggal pasti kita menyebutnya musibah, padahal musibah yang paling dahsyat jika anak kita hidup, tetapi ia tidak bisa berbuat baik pada orang tua dan tidak taat pada agama dan Tuhannya, ia justru .menjadi anak jalanan yang tidak kenal tuhannya, sebenarnya jika ia mati masih kecil tentu akan lebih baik dari pada hidupnya justru hanya jadi sampah masyarakat. Oleh karena itu di Ibnu husain kegiatan keagamaan dilaksanakan sangat intensif baik dalam intra maupun ekstra kurikuler, bahkan sebelum pelajaran di mulai, anak wajib shalat dhuha berjemaah terlebih dahulu, baca al quran Juzz Amma lalu mendoakan orang tua barulah pelajaran di mulai .ini merupakan kebanggaan kami karena jarang dimiliki oleh sekolah lain,
Dari 5 kriteria tersebut , Ibnu Husain menjamin semuanya akan terpenuhi dengan baik, karena kami selalu berkomitmen memberikan yang terbaik bagi seluruh anak didik kami menuju terciptanya generasi shalih dan shalihah yang di hiasi akhlaqul karimah. Kami akan menjadi PILIHAN yang TEPAT di SAAT terjadinya PERSAINGAN  yang ketat  INSYA ALLAH.

KARENA BODOH AKU JADI KAYA


Tulisan ini merupakan pengalaman pribadiku, Sekalipun demikian bukannya aku bangga menjadi orang bodoh, Malah sebaliknya ini merupakan ungkapan rasa  syukurku kepada Allah swt. karna sekalipun aku bodoh Allah tetap sayang padaku dengan harta yang berlimpah melebihi dari yang aku harapkan. Begitulah penuturan kisahnya kepada reporter IBNU HUSAIN NEWS dengan bahasa merendah..

Aku terlahirkan dari keluarga miskin dan aku jalani hidup ini seperti air mengalir gak neko-neko kata orang jawa, karna keluargaku yang miskin dan tinggal di desa, maka aku tidak sempat menikmati pendidikan formal  seperti layaknya anak-anak lain se usiaku, aku menyadari bahwa orang tua tidak tinggal diam dan terus berupaya berjuang lahir bathin guna  menghidupi keluarga dengan bekerja keras tapi apa daya Allah menghendaki yang lain, mungkin Allah swt sangat sayang dan  hendak menguji kesabaran orang tuaku karena Dialah yang maha tahu apa  yang terbaik buat hambanya, tiap malam  ayah dan ibuku selalu bangun tengah malam untuk mendoakan anak-anaknya agar tidak bernasip seperti dirinya, mereka selalu bertahajjud dan munajat kepada Allah swt. Rutinitas keluargaku ini benar-benar menjadi pendidikan yang tak ternilai hebatnya bagiku dan adik-adikku terutama  dalam hal kesabaran, ketekunan yang tak pernah mengenal putus asa, dan selalu tawakkal kepada Allah swt.  Ini jelas merupakan kecerdasan spiritual yang patut dicontoh dan ditiru oleh siapapun terutama oleh putra putrinya.
Saat remaja aku sudah harus bekerja guna membantu menambah penghasilan orang tua yang pas-pasan, ratusan pabrik dan perusahaan aku datangi tetapi tidak satupun yang sudi menerima aku yang tidak memiliki ijazah apapun, sampai suatu saat aku di ajak pamanku  untuk ikut bekerja di suatu  pabrik tempat pamanku bekerja, karena di situ ada lowongan yang ditinggal mati oleh personalnya dan mendesak untuk segera ada penggantinya yaitu di bagian cleaning service. Inilah awal  nasibku mulai menikmati uang  hasil keringatku sendiri sungguh nikmat sekali rasanya, dari gaji yang sedikit ini 50%  aku sumbangkan kepada orang tua, sisanya aku tabungkan dan kadangkala aku sumbangkan kepada  orang yang jauh lebih miskin dari keluargaku agar rizki yang aku dapat lebih barokah. Dari tabungan hasil keringatku ini lama kelamaan aku memiliki uang yang lumayan banyak muncul keinginan untuk menaikkan haji kedua  orang tuaku mumpung mereka masih hidup, tetapi orang tuaku justru menyuruh aku agar segera kawin dan uang  yang aku miliki  untuk persiapan itu, aku menuruti keinginan orang tuaku untuk di jodohkan dengan pilihan orang tua yang telah di dasari hasil istiharohnya.
Hari-hariku selanjutnya menjadi hari yang amat bahagia karena istriku benar-benar wanita shalihah yang patut aku banggakan. Ia memiliki sifat qanaah yang selalu mensyukuri apa yang aku peroleh tiap bulan gaji dari seorang suami seperti aku yang hanya sebagai  pekerja kasar dan pegawai rendahan di perusahaan. Sehingga tanpa terasa aku telah memasuki tahun ke 38 bekerja di perusahaan tersebut tanpa hambatan yang berarti bahkan anakku yang pertama sudah kuliyah di semerter akhir pada sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Jogyakarta.
Suatu saat  muncullah satu kebijakan baru yaitu peningkatan kwalitas SDM  di perusahaanku, semua pegawai dan karyawan tanpa kecuali wajib  bisa baca tulis, untuk hal ini di adakanlah kursus dan pelatihan  baca tulis bagi yang masih buta huruf selama tiga bulan, jika dalam waktu 3 bulan  masih belum bisa maka wajib mengundurkan diri atau di PHK oleh pihak perusahaan, Mungkin karena usiaku yang sudah terlalu tua atau mungkin karena  IQ saya yang memang terlalu lemah, maka dari 30 peserta yang ikut kursus,  hanya akulah yang gagal, artinya tetap tidak bisa baca tulis, Dengan terpaksa sekali dan penuh tawakkal pasrah sepenuhnya kepada Allah SWT aku mengundurkan diri dari perusahaan tempat aku  bekerja, Tengah malam aku adukan kepada Allah tentang nasip pahit yang  aku  alami dengan cara shalat tahajjud lebih khusyuk dari malam-malam sebelumnya serta dengan penuh keyakinan bahwa doaku akan didengar dan pasti dikabulkan olehNya , tiga malam berturut turut aku bersimpuh memohon kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa dengan sifat Rahman  Rohimnya Dia      akan segera mengabulkan permohonanku, sebab jika aku minta bantuan orang  atau teman, mungkin ia tidak punya atau mungkin dia punya tetapi ia tidak mau menolongku, sedangkan jika  aku minta kepada Allah Dia pasti punya dan pasti mau menolong hambanya yang dhaif yang memerlukan pertolongan. Sungguh terasa nikmat sekali ibadah tengah malam seolah-olah aku dapat berkomonekasi secara langsung dengan sang maha pencipta, nikmat dan sungguh nikmat sekali.
Pada hari ke emapat muncullah ideku untuk berjualan minuman dan makanan ringan di depan pabrik, ternyata  pihak pabrik tidak keberatan aku berjualan di situ. Dan sunguh di luar dugaan barang daganganku sangat laris sekali, mungkin karena rasa iba dan rasa simpati dari teman-temanku sehingga  mereka lebih suka membeli minuman /makanan ringan atau rokok di kiosku dari pada beli di kantin yang sudah tersedia di dalam .  Alhamdulillah penghasilanku selama  satu bulan berjualan ini lebih besar lima kali lipat jika di banding ketika aku masih menjadi  cleaning servis di perusahaan. 6 bulan sudah aku berjualan di kios kaki lima itu, jika aku perhatikan  omset penjualan yang paling tinggi ternyata diperoleh dari menjual rokok eceran  dalam sehari saja bisa mencapai di atas Rp 600,000 dari rokok saja, jiwa bisnis dalam batinku muncul dan  mengatakan ini potensi yang luar biasa, lalu aku mencoba membikin rokok sendiri dengan peralatan tradisional ala kadarnya, tembakau yang aku beli di samping di beri cengkeh juga aku beri ramuan dari extrak tape ketan agar muncul aroma yang khas, lalu setiap ada teman hendak membeli rokok aku tawari agar mereka mau mencoba  rokok hasil karyaku itu, mereka yang telah mencoba bercerita kepada teman yang lain bahwa rokok yang aku buat rasanya enak sekali sesuai dengan seleranya, sehingga dalam seminggu saja rokokku menjadi terkenal  di kalangan perusahaan  tersebut bahkan banyak pesanan untuk mereka bawa pulang, Akhirnya, karena aku kewalahan melayani pesanan rokok itu, maka jualan aku gantikan pada saudaraku, dan aku membuka home industri rokok di rumah dengan 6 orang karyawan dari kalangan familiku sendiri. Al hamdulillah aku telah bisa membuka lapangan kerja buat sanak keluargaku bahkan atas kehendak dan pertolongan Allah swt aku juga  bisa belikan rumah dan menunaikan ibadah haji kedua orang tuaku yang selama ini menjadi obsesi hidupnya. Kondisi seperti ini  tidak membuat aku  surut ibadah, bahkan aku semakin rajin shalat malam sebagai ungkapan rasa syukurku kepada Allah swt.
Singkat cerita akhirnya Allah swt taqdirkan aku punya pabrik rokok yang lumayan besar. Yang paling terkesan dalam jiwaku adalah pada  saat-saat awal mau mendirikan pabrik tersebut, aku harus menanda tangani berbagai dokumen perencanaan yang telah di desain oleh para insinyur ahli di bidangnya, ternyata aku buta huruf dan tidak dapat tanda tangan  tetapi dengan cap jempolku saja. Para Insinyur tersebut  mengatakan:  “Wah  dengan buta huruf saja bapak sudah bisa sukses seperti ini apa lagi kalo sampai bisa tulis baca seperti apa jadinya ?“.  Lalu aku menjawab “ jika aku  bisa baca tulis pastilah aku tidak seperti sekarang ini, justru aku akan terus tetap menjadi pengawai rendahan sebagai Cleaning servis di perusahaan, Karena aku tidak akan di keluarkan oleh perusahan tempat aku bekerja dahulu
SEMOGA TULISAN INI JADI IBRAH BUAT KITA SEKALIAN DAN MAMPU MEMETIK HIKMAHNYA.bahwa kecerdasan SPIRITUAL adalah jauh lebih tinggi nilainya dan lebih penting dari pada kecerdasan INTELEGENCY serta kecerdasan lainnya. Inilah yang menjadi perinsip pendidikan dan pengajaran di Madrasah dan pondok-pondok pesantren selama ini.

SURAT TERBUKA BUAT PARA PENDIDIK DAN ORANG TUA


(Prihal : Setiap 100 remaja , 51 Orang sudah tidak Prwn)

Dalam Acara Peringatan Hari Aids Sedunia Di Lapangan Monas, Jakarta, Ahad 28 September 2010 Kepala Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief Mengemukakan Hasil Survei Tahun 2010 Yang Menunjukkan 51 % Remaja Di Jabotabek Telah Melakukan Seks Pranikah. Berdasarkan Survei Tersebut, Seks Pranikah Juga Dilakukan 54 % Remaja Di Surabaya, 47 % Di Bandung, Dan 52 % Di Medan. (Detik.Com)
Kenyataan di atas harus membuat mata pendidik dan mata para orang tua terbelalak, betapa kegagalan pendidikan di Indonesia semakin lengkap  dan tidak mampu melahirkan out put  remaja-remaja bermoral, ini pasti bukan kebetulan tapi merupakan bukti bahwa system pendidikan kita yang menekankan pada keimanan dan ketaqwaan  masih sebatas lipstik semata.  Sebelum kondisi ini menjadi lebih parah  lagi Jangan menganggap biasa hal-hal yang berakibat luar biasa Mengapa bisa terjadi demikian? Mari kita koreksi bersama pasti ada yang salah dalam pendidikan kita, penyebab utamanya karena  mereka tidak di bentengi dengan iman yang kuat , juga karena pendidikan agama di sekolah-sekolah umum (bukan sekolah keagamaan dan pesantren) terlalu sedikit,  bahkan pendidikan agama tersebut sampai saat ini di sekolah umum   masih termarginalkan hanya 2 jam tiap minggu, terjebak oleh system dan tuntutan kurikulum sehingga lebih mementingkan matematika dari pada ilmu agama dan moralitas anak didik, akibatnya pengetahuan agama mereka  sangat minim sekali.dan tidak mampu membendung dekadensi moral yang kini telah mewabah  sedemikian rupa.  
Dalam persoalan ini konsep Agama  Islam sangat tegas, untuk mencegah terjadinya perzinahan, bukan sekedar melarang berbuat zinah, mendekati semua hal yang dapat mengarah pada terjadinya perbuatan ini sudah merupakan perbutan dosa yang sangat terlarang, seperti dilarang berhulwat atau berduaan, juga diharamkan  ikhtilath yaitu bercampurnya laki perempuan yang bukan muhrim di suatu tempat seperti di ruang kelas, di kantor, ruang guru dan di mana saja, bahkan berjabat tangan yang  di anggap biasa dan tiap hari kita temukan di sekolah antara guru putera dengan guru puteri itupun  sangat di larang dan sama sekali tidak member contoh yang benar pada murid karena tidak ada satu ayat dan haditspun yang memperbolehkan berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim sekalipun itu antara  murid dan guru, apalagi guru dengan guru yang berlainan jenis, sedangkan hadits-hadits yang melarang berjabat tangan itu sangat banyak sekali, hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ikhtilath   yang dapat menyeret pelakunya pada resiko perselingkuhan  yang sangat fatal akibatnya, salah satu  terjemah hadits  yang melarang berjabat tangan dengan bukan muhrim adalah  sebagai berikut :
 “ Kepalamu di tusuk dengan jarum besi lebih baik dari pada menyentuh wanita yang bukan muhrim” ( HR.Thabrani dan Baihaqy.)
Mengapa ajaran Islam  begitu ketat mengatur masalah ini, Karena perselingkuhan dan Zinah tergolong dosa yang sangat besar, hukuman dan tobatnyapun juga berat sekali yaitu harus di hukum rajam bagi yang telah bersuami/beristri, di cambuk l00x lalu di asingkan ke daerah terpencil utuk bertaubat selama 1 tahun bagi pelaku yang masih jejaka dan /perawan.
Di lain pihak masih banyak oknom guru bahkan sekolah yang melegalkan pacaran, yah, inilah akibatnya 54 % remaja putri Surabaya jebol imannya, semua ini bermula dari yang sederhana dan dianggap biasa oleh para pendidik seperti seragam sekoalah yang tidak menutupi aurat, putera putrid duduk satu bangku di kelas, ngobrol sesama teman  lain jenis , janji lewat Hp  untuk  bertemu, makan di kantin bersama termasuk pula ngobrol lewat face book, semua itu  sangat di larang dan sudah masuk ikhtilath dalam zona wilayah taqrabus Zinaa yang harus di jauhi, jika hal ini terus dibiarkan maka wajarlah jika akhirnya terjadi kasus di atas, coba kita bayangkan, sekiranya penelitian/survei di atas dilanjutkan pada perselingkuhan karyawan-karyawati  kantor di kota –kota besar seluruh Indonesia mungkin hasilnya akan lebih mencengangkan lagi .mengingat khulwat saat makan siang, ikhtilath dalam keseharian telah dianggap hal biasa dan bukan rahasia lagi .bahkan suda ada yang keterlaluan, mereka tidak  merasa risih malah merasa bangga menceritakan dirinya sedang berselingkuh dengan  teman kerjanya   (Naudzu Billah)  Semoga kasus ini tidak terjadi  pada guru di lingkungan sekolah dan jika ada semoga segera bertaubat sebelum mendapat azab. Sebab jika guru bermintal bejat  bagaimana muridnya? Dan jadi apa bangsa ini kelak karena guru kencing berdiri, maka muridnya…….. ?
Kenyataan ini harus menyadarkan para orang tua bahwa sebelum semua menjadi terlambat hendaklah lebih berhati-hati memilih sekolah untuk putra-putri kesayangannya. Jangan hancurkan aqidah, iman serta masa depan mereka dengan pergaulan bebas tanpa aturan dan pengawasan yang ketat di sekolah . Sedangkan bagi para Pendidik serta seluruh praktisi pendidikan di Indonesia harus segera berbenah diri dan ikut bertanggung jawab serta merasa malu karena gagal melahirkan generasi bermoral, sadar atau tidak dalam hal ini andil mereka sangat besar sekali dan harus turut menaggung dosa dalam membiarkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran agama dan  kebebasan di sekolah. Akhirnya kami himbau wahai para guru tegakkan syari’at agar kita menjadi Bangsa  yang bermartabat.

Pendidikan berkarakter?


Sejak zamam nabi Adam hingga hari qiamat nanti,  tugas utama pendidikan  tidak akan pernah berubah yaitu membentuk pribadi anak didik agar memiliki karakter dan watak serta berprilaku  baik, oleh karena itu pembentukan karakter merupakan Ruh dari pendidikan itu sendiri, Pendidikan tanpa pembentukan karakter ibarat jasad tanpa ruh. Berbeda sekali dengan Pengajaran, ruhnya adalah pengetahuan yang bersifat kognitif. Dengan demikian perbedaan keduanya  tampak jelas sekali. Karena obyek pendidikan adalah membangun WATAK sedangkan obyek  pengajaran adalah hanya memompa OTAK dengan ilmu pengetahuan. Jika  pendidikan dan Pengajaran di sekolah  tidak berjalan seimbang tidak mustahil akan melahirkan out put orang-orang pintar yang tidak berkepribadian.( tidak berkarakter yang baik)    
Siapapun merasakan dampak dari krisis moral yang melanda negeri ini. Krisis akut yang membuat bangsa Indonesia tak bangga dengan statusnya sendiri. Seambrek masalah menimpa bangsa ini : korupsi, kebobrokan pengadilan, pornografi, kriminalitas, premanisme, kemiskinan, pengangguran, konflik, dan tawuran antar pelajar/mahasiswa. Segudang permasalahan di atas hampir semuanya dilakukan oleh orang-orang pinter, Lalu kenapa bisa demikian ? Bukankah kita telah menyelenggarakan pendidikan moral ? Lantas, bagaimana untuk menjelaskan tindakan-tindakan di atas yang justru dilakukan oleh “orang-orang terpelajar” dari “ institusi-institusi dan lembaga terhormat” di negeri ini ?
Faktornya sangat kompleks. faktor yang paling mendasar tentu saja adalah karena pendidikan kita berjalan tanpa ruh. Permasalahan ini sesungguhnya bermuara pada rendahnya nilai-nilai moral. Nah, Terkait dengan kenyataan ini Bapak Mentri Pendidikan (Muhammad Nuh ) menekankan pada pendidikan karakter bangsa.  
Karakter itu watak, watak itu semacam budaya. Budaya itu tumbuh karena kebiasaan. ,Jadi watak itu dibangun dari sebuah Pembiasaan. Bagi orang yang sudah biasa berdzikir sholat dhuha, bertahajjud, maka baginya shalat itu tidak akan terasa berat dan shalatnya akan membentuk karakter kepribadian yang positif bagi dirinya. Orang yang biasa nuwun sewu, permisi, itu karena terbiasa. Jadi kita bangun kebiasaan yang positif supaya menjadi sebuah budaya sebagai karakter bangsa, tentu hal  inilah yang dimaksud Berkarakter oleh bapak Menteri pendidikan kita. sebab  orang yang terbiasa dengan prilaku negatif dan tidak disiplin juga akan terbentuk karakter  negatif dalam dirinya. Dengan demikian tidak semua karakter itu berkonotasi baik. Maka dari itu berhati-hatilah memakai istilah  “ berkarakter ” agar tidak terjadi kesalahan di dalam menginterpretasi istilah yang dapat menimbulkan kesalahan dalam membuat kebijakan.
 Untuk membangun karakter ini harus dengan sebuah sistem, dan contoh-contoh kongkrit dari para pendidik seperti yang telah dilakukan Rasulullah SAW tempo dulu, serta melakukan perubahan yang mendasar hingga pada akar masalahnya. Sampai detik ini perubahan yang dilakukan  para penyelenggara pendidikan di Indonesia belum menyentuh esensi permasalahan yang sebenarnya mungkin baru pada tingkat gejalanya saja, bahkan  pergantian istilah-istilah baru yang amat tidak penting terlalu sering terjadi, SMP diganti SLTP lalu diganti SMP lagi, dan banyak sekali contoh serupa, dewasa ini lagi ngetrend-ngetrendnya istilah “BERKARAKTER “. Semuanya berlabel dengan istilah ini.  silabus  berkarakter, RPP berkarakter atau bahkan mungkin nanti akan lahir kurikulum berkarakter  seperti kelatahan-kelatahan selama ini yang melanda dunia pendidikan di Negeri ini. Semuanya akan menjadi sia-sia belaka jika para pendidiknya dan seluruh praktisi pendidikan di Indonesia belum berkarater uswatun hasanah. Kegagalan demi kegagalan sebelumnya dapat dipastikan akan terus terulang kembali. Dengan demikian kita semua harus cepat sadar bahwa  yang paling penting untuk direvisi bukan istilahnya tetapi harus mereformasi MENTALITAS PARA PELAKUNYA, masalah kita saat ini bukan sekedar system error akan tetapi yang paling mendasar justru Humen error, betapa banyak guru yang sudah bersertifikat “Profesional” yang masih bekerja secara amburadul dan layak di keluarkan karena bekerja tidak amanah, betapa banyak guru  yang biasa terlambat datang bahkan sering bolos tanpa merasa berdosa, jika dibiarkan semua ini akan terbentuk karakter yang tidak baik..
Perlu di maklumi bahwa Karakter itu merupakan sifat manusia yang dapat di bentuk dengan cara pembiasaan serta pemberian teladan yang baik artinya seorang guru yang perokok berat tidak akan ada gunanya melarang muridnya agar tidak merokok karena rokok itu berbahaya bagi kesehatan, Dalam hal keteladanan ini Pesantren memiliki peluang yang jauh lebih unggul dalam mewujudkan pendidikan berkarakter. Karena di situ terdapat komonitas yang membangun karakter secara outomatis.  Disamping rutinitas ibadah, juga keteladanan para asatidz hingga lahirnya sikap tunduk,tawadlu” dan tadarruk kepada  kiai.
Dulu di kurikulum kita ada mata pelajaran Pendididkan Moral Pancasila , sekarang PKn,  sejauh mana hal itu berdampak kepada peningkatan moralitas ? anak SMA sudah belajar PKn 12 tahun. Apakah setelah belajar 12 tahun dia bisa berakhlak baik? Apakah dia cinta tanah air? Jawaban yang paling pas adalah “ BELUM ”!, Karena pembelajaran di sajikan  sebatas kognitif, maka tujuan  Itu tidak akan muncul. Bahkan  sebaliknya yang muncul justru  badut-badut berdasi alias koruptor yang melanda berbagai birokrasi. Begitu pula dengan pelajaran  Ipa ,jika guru mampu menyajikan dengan benar berkarakter, murid akan menyadari bahwa seluruh kekayaan alam ini merupakan karunia Allah yang harus disyukuri dan dilestarikan, bukan malah dieksploitasi secara habis-habisan, demikian pula Mata pelajaran Matematika jika disajikan dengan benar, tidak akan pernah ada mathematical error  seperti kasus yang sering kita alami di loket-loket peron terminal  dimana  Rp 1000 – Rp 200 = Rp 600 ( uang kembalinya kurang ), contoh  lain perhatikan kasus berikut ini, karena ada kerja bakti di sekolah, murid bersama kawan kawan sekelas membayar iuran Rp 5000 tiap siswa untuk membeli nasi bungkus. Bendahara kelas yang diberi kepercayaan mengelola uang tersebut membeli nasi itu seharga Rp 4500,sisa uang Rp 500 perbungkus untuk diambil sendiri secara diam-diam, Ternyata mereka hanya pinter kalkulasi uang-uang haram tapi tidak mampu kalkulasi dosa-dosa perbuatannya. ini salah siapa ?. jika ketidak jujuran sudah terjadi di sekolah, maka di mana lagi kita akan dapat menemukan kejujuran tersebut?
Sebagai penutup, penulis ingin mengajak para guru dan para pengambil kebijakan  serta seluruh praktisi agar segera berbenah diri dimulai dari diri kita sendiri. Sebab membangun mentalitas anak didik agar berkarakter  positif harus mensinergikan nilai-nilai moral pada stiap mata pelajaran, memerlukan pembiasaan dengan prilaku positif serta contoh-contoh kongkrit uswatun hasanah dari kita semua , hal ini merupakan tugas utama para pendidik untuk membangun karakter Bangsa..