Belajar suatu ilmu pengetahuan tentu tidak cukup hanya dengan membaca teori-teori yang ada dalam buku saja, pastilah perlu untuk diaplikasikan atau di peraktekkan dalam medan yang sebenarnya atau paling tidah di aplikasikan di ruang laboraturium sekolah agar pengetahuan anak tidak hanya ada dalam hayalan belaka. Sebagai contoh, di bawah ini ada dua kasus yang dapat di jadikan pelajaran bagi kita semua.
Seorang guru ingin belajar renang, lalu ia pergi ke toko buku untuk membeli buku refrensi tentang cara berenang, lalu buku- buku tersebut di baca dengan seksama bahkan banyak teori-teori yang ia hafalkan hingga luar kepala, kadang kala ia membaca buku tersebut sambil berbaring di atas kasur sambil menggerak-gerakkan kaki dan tangan seperti layaknya orang berenang, terkadang pula ia membaca sambil pempraktekkan di atas tanah sampai ia yakin benar bahwa dirinya telah mahir berenang dengan berbagai macam gaya. Keesokan harinya Setelah ia benar-benar yakin bahwa dirinya telah mahir berenang, maka di undanglah teman-teman guru dan sebagian muridnya untuk menyaksikan kehebatan dirinya, lalu ia mengambil posisi di sebuah tebing dengan ketinggian 400 kaki dari permukaan air laut, Dengan PD sekali ia meloncat kelaut dan berusaha berenang, akan tetapi ia gagal dan nyaris mati tenggelam, untung ia segera di tolong oleh teman-temannya, kalau tidak pastilah mampus dia. Setelah kejadian itu barulah sang guru tersebut menyadari bahwa belajar ilmu itu tidak cukup hanya dengan membaca buku semata, tetapi harus peraktek di medan yang sebenarnya.
Kasus yang ke dua juga terjadi pada seorang guru Biologi, ia hendak menerangkan tentang sel darah tetapi ada kendala karena sekolah tidak memiliki peralatan yang memadahi, maka dengan terpaksa sekali ia terangkan dengan metode ceramah, dengan sekuat tenaga ia jelaskan pada murid-muridnya bahwa sel darah itu ada. Ia berupaya meyakinkan para murid bahwa sel darah itu sedemikian rupa adanya. Akan tetapi para murid sulit memahaminya dan tetap tidak dapat paham juga. Lalu salah seorang murid bertanya ” Seperti apa sel darah itu bu guru? ” Wah sulit aku jelaskan lagi karena sel darah tersebut hanya bisa dilihat denagn alat pembesar yang di sebut micruscup padahal sekolah kita tidak punya. Begini saja nak...yakinilah bahwa sel darah itu ada, nanti kalau kamu sudah jadi dokter kamu akan tahu sendiri !. Sambil berguman si murid tersebut bilang ” Wah, sialan sekolah di sini ”.
NAH , dari dua kasus di atas hendaknya tidak di alami oleh anak kita, oleh karenanya para wali murid lebih bijak di dalam menentukan sekolah bagi putera-puterinya, Berikanlah yang terbaik dan jangan mudah tergiur dengan promosi murahan, perhatikan hasil akreditasinya, peralatan laboraturiumnya, tingkat kedisiplinan guru-gurunya serta prestasi muridnya.
Asal pembaca tahu saja, MTs dan MA Ibnu Husain terus berinovatif dengan peralatan-peralatan yang amat Canggih sekali, seperti Multi Lab ( Lab IPA, Lab Bahasa Inggris dan Arab, senilai ratusan juta rupiah) juga lab Komputer yang sudah serba LCD dan Cor 2 Duo yang amat canggih sekali. Serta berbagai kegiatan ekstra yang sudah tidak asing lagi dengan segudang prestasi . Pokoknya semua yang sekolah Negeri punya, Insya Allah Ibnu Husain pasti punya juga, kelebihan kami adalah sebelum masuk sekolah para siswa shalat Duha berjemaah terlebih dahulu, baca Al-Quran mendoakan Orang Tua , baru masuk kelas, dengan demikian Insya Allah Ilmu yang di peroleh siswa akan jauh lebih barokah.