Minggu, 13 Februari 2011

KARENA BODOH AKU JADI KAYA


Tulisan ini merupakan pengalaman pribadiku, Sekalipun demikian bukannya aku bangga menjadi orang bodoh, Malah sebaliknya ini merupakan ungkapan rasa  syukurku kepada Allah swt. karna sekalipun aku bodoh Allah tetap sayang padaku dengan harta yang berlimpah melebihi dari yang aku harapkan. Begitulah penuturan kisahnya kepada reporter IBNU HUSAIN NEWS dengan bahasa merendah..

Aku terlahirkan dari keluarga miskin dan aku jalani hidup ini seperti air mengalir gak neko-neko kata orang jawa, karna keluargaku yang miskin dan tinggal di desa, maka aku tidak sempat menikmati pendidikan formal  seperti layaknya anak-anak lain se usiaku, aku menyadari bahwa orang tua tidak tinggal diam dan terus berupaya berjuang lahir bathin guna  menghidupi keluarga dengan bekerja keras tapi apa daya Allah menghendaki yang lain, mungkin Allah swt sangat sayang dan  hendak menguji kesabaran orang tuaku karena Dialah yang maha tahu apa  yang terbaik buat hambanya, tiap malam  ayah dan ibuku selalu bangun tengah malam untuk mendoakan anak-anaknya agar tidak bernasip seperti dirinya, mereka selalu bertahajjud dan munajat kepada Allah swt. Rutinitas keluargaku ini benar-benar menjadi pendidikan yang tak ternilai hebatnya bagiku dan adik-adikku terutama  dalam hal kesabaran, ketekunan yang tak pernah mengenal putus asa, dan selalu tawakkal kepada Allah swt.  Ini jelas merupakan kecerdasan spiritual yang patut dicontoh dan ditiru oleh siapapun terutama oleh putra putrinya.
Saat remaja aku sudah harus bekerja guna membantu menambah penghasilan orang tua yang pas-pasan, ratusan pabrik dan perusahaan aku datangi tetapi tidak satupun yang sudi menerima aku yang tidak memiliki ijazah apapun, sampai suatu saat aku di ajak pamanku  untuk ikut bekerja di suatu  pabrik tempat pamanku bekerja, karena di situ ada lowongan yang ditinggal mati oleh personalnya dan mendesak untuk segera ada penggantinya yaitu di bagian cleaning service. Inilah awal  nasibku mulai menikmati uang  hasil keringatku sendiri sungguh nikmat sekali rasanya, dari gaji yang sedikit ini 50%  aku sumbangkan kepada orang tua, sisanya aku tabungkan dan kadangkala aku sumbangkan kepada  orang yang jauh lebih miskin dari keluargaku agar rizki yang aku dapat lebih barokah. Dari tabungan hasil keringatku ini lama kelamaan aku memiliki uang yang lumayan banyak muncul keinginan untuk menaikkan haji kedua  orang tuaku mumpung mereka masih hidup, tetapi orang tuaku justru menyuruh aku agar segera kawin dan uang  yang aku miliki  untuk persiapan itu, aku menuruti keinginan orang tuaku untuk di jodohkan dengan pilihan orang tua yang telah di dasari hasil istiharohnya.
Hari-hariku selanjutnya menjadi hari yang amat bahagia karena istriku benar-benar wanita shalihah yang patut aku banggakan. Ia memiliki sifat qanaah yang selalu mensyukuri apa yang aku peroleh tiap bulan gaji dari seorang suami seperti aku yang hanya sebagai  pekerja kasar dan pegawai rendahan di perusahaan. Sehingga tanpa terasa aku telah memasuki tahun ke 38 bekerja di perusahaan tersebut tanpa hambatan yang berarti bahkan anakku yang pertama sudah kuliyah di semerter akhir pada sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Jogyakarta.
Suatu saat  muncullah satu kebijakan baru yaitu peningkatan kwalitas SDM  di perusahaanku, semua pegawai dan karyawan tanpa kecuali wajib  bisa baca tulis, untuk hal ini di adakanlah kursus dan pelatihan  baca tulis bagi yang masih buta huruf selama tiga bulan, jika dalam waktu 3 bulan  masih belum bisa maka wajib mengundurkan diri atau di PHK oleh pihak perusahaan, Mungkin karena usiaku yang sudah terlalu tua atau mungkin karena  IQ saya yang memang terlalu lemah, maka dari 30 peserta yang ikut kursus,  hanya akulah yang gagal, artinya tetap tidak bisa baca tulis, Dengan terpaksa sekali dan penuh tawakkal pasrah sepenuhnya kepada Allah SWT aku mengundurkan diri dari perusahaan tempat aku  bekerja, Tengah malam aku adukan kepada Allah tentang nasip pahit yang  aku  alami dengan cara shalat tahajjud lebih khusyuk dari malam-malam sebelumnya serta dengan penuh keyakinan bahwa doaku akan didengar dan pasti dikabulkan olehNya , tiga malam berturut turut aku bersimpuh memohon kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa dengan sifat Rahman  Rohimnya Dia      akan segera mengabulkan permohonanku, sebab jika aku minta bantuan orang  atau teman, mungkin ia tidak punya atau mungkin dia punya tetapi ia tidak mau menolongku, sedangkan jika  aku minta kepada Allah Dia pasti punya dan pasti mau menolong hambanya yang dhaif yang memerlukan pertolongan. Sungguh terasa nikmat sekali ibadah tengah malam seolah-olah aku dapat berkomonekasi secara langsung dengan sang maha pencipta, nikmat dan sungguh nikmat sekali.
Pada hari ke emapat muncullah ideku untuk berjualan minuman dan makanan ringan di depan pabrik, ternyata  pihak pabrik tidak keberatan aku berjualan di situ. Dan sunguh di luar dugaan barang daganganku sangat laris sekali, mungkin karena rasa iba dan rasa simpati dari teman-temanku sehingga  mereka lebih suka membeli minuman /makanan ringan atau rokok di kiosku dari pada beli di kantin yang sudah tersedia di dalam .  Alhamdulillah penghasilanku selama  satu bulan berjualan ini lebih besar lima kali lipat jika di banding ketika aku masih menjadi  cleaning servis di perusahaan. 6 bulan sudah aku berjualan di kios kaki lima itu, jika aku perhatikan  omset penjualan yang paling tinggi ternyata diperoleh dari menjual rokok eceran  dalam sehari saja bisa mencapai di atas Rp 600,000 dari rokok saja, jiwa bisnis dalam batinku muncul dan  mengatakan ini potensi yang luar biasa, lalu aku mencoba membikin rokok sendiri dengan peralatan tradisional ala kadarnya, tembakau yang aku beli di samping di beri cengkeh juga aku beri ramuan dari extrak tape ketan agar muncul aroma yang khas, lalu setiap ada teman hendak membeli rokok aku tawari agar mereka mau mencoba  rokok hasil karyaku itu, mereka yang telah mencoba bercerita kepada teman yang lain bahwa rokok yang aku buat rasanya enak sekali sesuai dengan seleranya, sehingga dalam seminggu saja rokokku menjadi terkenal  di kalangan perusahaan  tersebut bahkan banyak pesanan untuk mereka bawa pulang, Akhirnya, karena aku kewalahan melayani pesanan rokok itu, maka jualan aku gantikan pada saudaraku, dan aku membuka home industri rokok di rumah dengan 6 orang karyawan dari kalangan familiku sendiri. Al hamdulillah aku telah bisa membuka lapangan kerja buat sanak keluargaku bahkan atas kehendak dan pertolongan Allah swt aku juga  bisa belikan rumah dan menunaikan ibadah haji kedua orang tuaku yang selama ini menjadi obsesi hidupnya. Kondisi seperti ini  tidak membuat aku  surut ibadah, bahkan aku semakin rajin shalat malam sebagai ungkapan rasa syukurku kepada Allah swt.
Singkat cerita akhirnya Allah swt taqdirkan aku punya pabrik rokok yang lumayan besar. Yang paling terkesan dalam jiwaku adalah pada  saat-saat awal mau mendirikan pabrik tersebut, aku harus menanda tangani berbagai dokumen perencanaan yang telah di desain oleh para insinyur ahli di bidangnya, ternyata aku buta huruf dan tidak dapat tanda tangan  tetapi dengan cap jempolku saja. Para Insinyur tersebut  mengatakan:  “Wah  dengan buta huruf saja bapak sudah bisa sukses seperti ini apa lagi kalo sampai bisa tulis baca seperti apa jadinya ?“.  Lalu aku menjawab “ jika aku  bisa baca tulis pastilah aku tidak seperti sekarang ini, justru aku akan terus tetap menjadi pengawai rendahan sebagai Cleaning servis di perusahaan, Karena aku tidak akan di keluarkan oleh perusahan tempat aku bekerja dahulu
SEMOGA TULISAN INI JADI IBRAH BUAT KITA SEKALIAN DAN MAMPU MEMETIK HIKMAHNYA.bahwa kecerdasan SPIRITUAL adalah jauh lebih tinggi nilainya dan lebih penting dari pada kecerdasan INTELEGENCY serta kecerdasan lainnya. Inilah yang menjadi perinsip pendidikan dan pengajaran di Madrasah dan pondok-pondok pesantren selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar